Syukur Dalam Perspektif Al-Qur’an

Desember 4, 2007 at 7:09 am (Uncategorized)

Syukur dalam perspektif al-qur’an akan menjelaskan hakikat syukur yang sebenarnya, penulis mencoba menjelaskan sedikit alasan atau mengapa Allah memerintahkan kita untuk bersyukur? Dan dalam al-qur’an sangat diterangkan banyak hikmah dan balasan yang diberikan Allah untuk orang-orang yang bersyukur. Serta presentatif syukur kita atas karunia Allah dalam kegiatan sehari-hari kita. Sebelum penulis membahas mengenai tetang syukur lebih jauh. kita ungkap dahulu mengapa Allah memerintahkan kita untuk bersyukur? dan mengapa banyak diantara manusia yang tidak bersyukur? serta mengapa kita harus bersyukur?. Di bawah ini beberapa ayat yang menerangkan mengapa kita harus bersyukur sbb: [4:147] Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman ? Dan Allah adalah Maha Mensyukuri lagi Maha Mengetahui. [32:9] Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.  ‘’Dan mereka memperoleh manfaat padanya manfaat-manfaat dan minuman maka mengapakah mereka tidak bersyukur???’’(Yasin : 73). Dari paparan ayat diatas dicoba dijelaskan beberapa alasan mengapa kita harus bersyukur dan alasan mengapa banyak manusia yang tidak bersyukur. dari paparan ayat diatas dicoba digambarkan kepada manusia mengapa allah menyiksa banyak diantara manusia jika mereka semua bersyukur dan beriman kepadanya. Dan allah menjelaskan dalam firmannya beberapa nikmat atau satu karunianya kepada manusia itu dengan menciptakan manusia dengan dilengkapi tubuh serta roh yang diberi penglihatan, pendengaran untuk manusia tetapi sedikit sekali manusia yang beryukur serta pula dijelaskan dalam ayat tersebut bahwa karunia dan nikmat Allah atas manusia banyak sekali dengan memberi segala manfaat-manfaatnya atas makanan dan minuman kepada manusia tetapi sekali lagi Allah mempertegas mengapa mereka tidak bersyukur??? Dari penjelasan sedikit alasan atau sebab mengapa kita harus beryukur??? dari gambaran diatas penulis akan mencoba memaparkan beberapa masalah yang akan dibahas mengenai syukur dalam perspektif Al-Qur’an diantaranya sbb : 

  1. Jelaskkan lebih lengkap lagi Mengapa kita harus bersyukur??? serta Mengapa banyak sekali manusia yang tidak bersyukur serta apa yang harus kita syukur???
  2. Jelaskan pengertian atau hakikat syukur dalam perspektif Al-Qur’an yang sebenarnya???
  3. Jelaskan Balasan serta hikmah bagi orang-orang yang mensyukuri karunia serta nikmat Allah???
  4. Jelaskan bagaimana cara kita mensyukuri nikmat dan karunia Allah serta presentatifnya dalam kehidupan sehari-hari???

 Semua permasalah yang diungkapkan diatas akan dicoba dijelaskan secara lengkap oleh penulis berdasarkan Al-Qur’an dan pemafsiran atas ayat-ayat tersebut dan juga berdasarkan beberapa referensi yang mendukung penjelasan pembahasan mengenai syukur dalam perspektif Al-Qur’an ini.2. PEMBAHASAN.A.   PENGERTIAN SYUKUR.Pengertian syukur secara terminology berasal dari kata bahasa Arab, berasal dari kata                شكر-يشكر-شكرا‘’ yang berarti berterima kasih kepada atau dari kata lain ‘’        شكر‘’  yang berati pujian atau ucapan terima kasih atau peryataan terima kasih[i]. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia syukur memiliki dua arti yang pertama, syukur berarti rasa berterima kasih kepada Allah dan yang kedua, syukur berarti untunglah atau merasa lega atau senang dll[ii]. Sedangkan salah satu kutipan lain menjelaskan bahwa syukur adalah gambaran dalam benak tetang nikmat dan menampakkannya ke permukaan. Lain hal dengan sebagaian ulama yang menjelaskan syukur berasal dari kata ‘’syakara’’ yang berarti membuka yang dilawan dengan kata ‘’kufur’’ yang berarti ‘’menutup atau melupakan segala nikmat dan menutup-nutupinya[iii]. Hal ini berdasarkan ayat 7 surat Ibrahim sbb : [14:7] Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni’mat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (ni’mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.  Serta dalam surat An-Naml ayat 40 yang dilakukan oleh nabi sulaiman as sbb: [27:40] Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab: “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun berkata: “Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni’mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia”. Jadi  hakikat syukur yang sebenarnya adalah ‘’ menampakan nikmat dengan artian bahwa syukur adalah menggunakan pada tempat dan sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemeberinya yaitu Allah SWT. B.   MENGAPA KITA HARUS BERSYUKUR DAN APA YANG HARUS KITA SYUKURI. Dalam pendahuluan sudah sedikit dibahas oleh penulis mengenai alasan Mengapa kita harus bersyukur??? dan Apa yang kita harus syukuri sebenarnya??? Serta maksud Allah sebenarnya mengenai syukur, mengapa kita disiksa nanti jika kita bersyukur dan beriman??? Penulis akan coba menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat-ayat yang dimaksud dalam pembahasan hal ini. Ada beberapa ayat-ayat Al-qur’an yang menerangi tetang hal ini diantaranya sbb :  ‘’ Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman??? Dan Allah Maha Mesyukuri lagi Maha Mengetahui.’’ (An-Nissa : 147) ayat ini termasuk dalam surat Madaniyah. Tafsiran ayat ini ialah (Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur) atas Nikmat-Nya – (dan beriman) kepada-Nya??? Pertanyaan ini berarti tidak, jadi maksud Allah tidaklah menyiksamu.—(Dan Allah Maha Mesyukuri) perbuatan-perbuatan orang-orang beriman dengan memberi mereka pahala — (Lagi Maha Mengetahui) akan Makhluk-Nya. Berdasarkan tafsir ini bahwa Allah tidak akan menyiksa hambanya yang bersyukur dan beriman yaitu dengan perbuatan-perbuatan orang-orang beriman dengan pahala sebagai balasannya.  jadi mengapa allah menyiksamu karena kita tidak bersyukur dan tidak beriman kepada-Nya[iv].  ‘’ Yang membuat sebaik-baiknya segala sesesuatu yang Dia ciptakan dan Dia telah memulai penciptaan manusia dari tanah. Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripatih air yang diremehkan. Kemudian Dia Menyempurnakan dan Meniupkan kedalam (tubuh)Nya roh (ciptaan)Nya dan Menjadikan Kamu Pendengaran, Penglihatan, dan hati,  (tetapi) Kamu sedikit sekali bersyukur.’’ (As-Sajadah : 9). Ayat dalam surat ini adalah ayat Makiyah. Al-Biqa’I berpendapat bahwa tujuan utama surat ini adalah peringatan kepada orang-orang kafir menyangkut kitab Al-Qur’an ini menyampaikan berita gembira kepada yang berbakti bahwa mereka akan masuk surga dan terhindar dari neraka. Jadi ayat dalam surat As-Sajadah menjelaskan ayat-ayat yang mengajak dalam kepada ketundukan dan melarang keangkuhan. Bila  ditafsirkan ayat ini ialah Allah swt yang mengatur segala urusan  Maha Pencipta itu serta Yang Maha Perkasa Lagi Maha Penyayang, Dialah Yang membuat sebaik-baiknya segala sesuatu yang Dia ciptakan sehingga berpotensi berfungsi sebaik mungkin sesuai dengan tujuan penciptaanya dan Dia telah memulai penciptaan manusia yakni Adam As dari tanah, kemudian menjadikan keturunanya dari sedikit saripatih air mani yang diremehkan bila dilihat kdarnya atau menjijikan bila dipandang, atau lemah , tidak berdaya karena sedikitnya. Kemudian lebih hebat lagi dari itu Dia menyempurnakan dan meniupkan kedalam tubuh-Nya ruh (ciptaan)Nya dan setelah kelahiranya di pentas bumi Dia menjadikan bagi kamu wahai manusia pendengaran agar kamu dapat mendengar kebenaran dan penglihatan agar kamu dapat melihat tanda-tanda kebesaran Alla swt dan Hati agar kamu dapat berpikir dan beriman tetapi sedikit sekali kamu bersyukur dan banyak diantara kamu yang kufur yakni kamu yang tidak mefungsikan anugrah-anugrah itu sebagaimana yang Allah kehendaki, tetapi menfungsikannya untuk hal-hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya.  Ayat diatas melukiskan sekelumit dari substansi manusia. Makhluk ini terdiri dari dari tanah dan ruh ilahi. Karena tanah, sehingga manusia dipengaruhi oleh kekuatan alam sama halnya dengan makhluk –makhluk hidup di buni lainnya. Dengan ruh, ia mengikat dari dimensi kebutuhan tanah itu, walau ia tidak dapat bahkan tidak boleh melepaskanya, karena tanah adalah bagian dari substansi kejadiannya. Dimensi spiritual itulah yang mengantar manusia untuk cenderung kepada keindahan, pengorbanan, kesetiaan, pemujaan, dll. Itulah yang mengantar manusia menuju seuatu suatu realitas yang Maha Sempurna, tanpa cacat, tanpa batas,dan tanpa akhir. Oleh karena itu manusia dituntut untuk bersyukur dengan mengfungsikan segala karunia dan nikmat dari penciptaan manusia sesuai dengan kehendak Allah seperti pendengaran yang digunakan untuk mendengar kebenaran dan penglihatan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah yang meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah serta hati atau akal yang digunakan untuk berpikir memanfaatkan segala karunia itu[v]. Ada satu  ayat yang akan memperkuat lagi mengapa kita harus bersyukur? dan Apa yang harus kita syukuri? Yaitu ayat 71- 73 dalam surat Yasin sbb : ‘’ Dan apakah mereka tidak melihat bahwa Kami telah menciptakan buat mereka dari apa yang telah dilakukan oleh tangan (kekuasaan) Kami, berupa binatang ternak, lalu mereka atas nya menjadi pemilik-pemilik? Dan Kami menundukkannya untuk mereka, maka sebagian menjadi tunggangan mereka dan sebagaian mereka mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak beryukur????’’.  ayat dalam surat ini Makiyah. Tujuan utama dalam surat yasin ini menekankan tentang hari kebangkitan, keimanan baru dinilai benar jika seseorang mempercayai hari Kebangkitan. Memang kepercayaan tentang hari Kebangkitan mendorong manusia beramal saleh dan tulus. Keyakinan itu mengantarkan manusia menghindari kedurhakaan karena jika tidak, ia akan tersiksa di akhirat nanti. Adapun tafsiran dari ayat diatas ialah ayat ini menjelaskan tentang nikmat Allah yang terbesar yang dianugerahkan Allah kepada umat manusia. Tiada arti nikmat-nikmat lain, tanpa kehadiaran rasul dan al-qur’an. Kelompok ayat ini menjelaskan beberapa nikmat Allah yang lain yang banyak, sedang sebagaian manusia sangat kafir, tidak menyukuri nikmat yang sehari-hari mereka peroleh itu. Karena itu Allah mengecam mereka dengan berfirman : ‘’ Dan apakah mereka yakni orang-orang kafir itu buta sehingga tidak melihat dengan mata kepala dan mata hatinya bahwa kami menciptakan buat kemanfaatan dan kemaslahatan mereka dari apa yang telah dilakukan oleh tangan kekuasaan Kami yakni hasil ciptaan Kami berupa bintang ternak seperti unta,sapi, dan domba-domba sebagai milik mereka dan tunggangan mereka,serta manfaat-manfaatnya seperti wol,bulu, kulit, tulang dll yang mereka manfaatkan semua itu adalah anugerah ilahi dan bukti kemahakuasaan-Nya,  maka mengapakah mereka tidak bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahkan semua itu kepada mereka? Kata ( ) aidi adalah jamak dari kata ( ) yad yang berarti tangan tetapi secara majazi berarti kekuasaan atau nikmat. Ayat ini menggambarkan betapa penciptaan binatang ternak merupakan nikmat yang besar dan bukti kuasa Allah swt, karena ketiga binatang tersebut merupakan lambang kekayaan dan kesejahteraan mereka. Jadi dapat disimpulkan dari beberapa ayat diatas bahwa sesungguhnya Allah memberikan segala nikmatnya kepada mereka berupa kekayaan dan kekuasaan akan tetapi mereka tidak mengfungsikan nikmat tersebut tidak sesuai dengan kegunaannya dan mereka lalai atas nikmat yang Allah berikan. Jadi dapat kita pahami alasan yang membuat kita harus bersyukur??? dan Apa yang harus kita syukuri??? Jawabannya sangat patut jika kita tak ingin disiksa di akhirat nanti, maka kita harus bersyukur dan beriman dengan mengfungsionalkan nikmat dan karunia Allah sesuai dengan apa yang dimaksud oleh-Nya. Dan banyak hal yang membuat seharusnya manusia berpikir harus bersyukur dimulai nikmat akan penciptaan manusia, makanan dan harta serta kekuasaan dunia yang diberikan Allah. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk tidak beryukur[vi].     C.   BALASAN UNTUK ORANG YANG BERSYUKUR.Adapun balasan bagi orang bersyukur sangat banyak diberikan oleh Allah swt, bahkan Allah sangat mengetahui tanda-tanda orang yang bersyukur. balasan yang diberikan Allah di dunia dan diakhirat. Ada banyak ayat-ayat al-qur’an yang memaparkan tetang apa yang akan diperoleh atau didapatkan bagi orang yang beryukur, diantaranya seperti dalam surat Ali-Imran ayat 144 dan 145 sbb : ‘’ Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang Rasul, yang sebelumnya telah berlalu beberapa orang Rasul. Apakah jika wafat atau terbunuh kamu berbalik kebelakang. Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka tidaklah ia memberi mudarat kepada  Allah sedikitpun, dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur. setiap diri tidaklah akan mati kecuali seizin Allah sebagai ketentuan yang telah ditetapkan waktunya. Barang siapa yang menghendaki pahala dunia, Kami akan memberikan itu kepadanya dan barang siapa yang menghendaki pahala diakhirat, Kami berikan pula kepadanya dan Kami akan memberi balasan bagi orang-orang yang bersyukur.’’(Ali-Imran: 144-145)[vii].  

 ‘’ Barang siapa yang bersyukur (kepada Allah), maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang tidak bersyukur maka sesungguhnya Allah Maha Kaya Lagi Maha Terpuji.’’ ( Lukman : 12). Ayat ini merupakan Makiyah, tema utamanya adalah mengajarkan ajakan kepada tauhid dan kepercayaan akan niscaya Kiamat serta pelaksanaan prinsip-prinsip dasar agama. Adapun tafsiran ayat-ayat diatas menunjukan al-qur’an yang penuh hikmah dan Muhsin yang menerapkan hikmah dalam kehidupanya, serta orang-orang kafir yang bersikap sangat jauh dari hikmah kebijaksanaan. Dan sesungguhnya Kami Yang Maha Perkasa dan Bijaksana telah menganugerahkan dan mengajarkan juga mengilhami hikmah kepada Lukman,  ‘’ Bersyukurlah Kepada Allah, dan barang siapa yang bersyukur kepada Allah , maka sesungguhnya ia bersyukur untuk kemaslahatan dirinya sendiri, dan barang siapa yang kufur yakni yang tidak bersyukur, maka akan merugi adalah dirinya sendiri. Dia sedikit pun tidak merugikan allah, sebagaimana yang bersyukur tidak menguntungkan-Nya, karena sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak butuh kepada apapun, Lagi Maha Terpuji oleh Makhluk di langit dan di bumi.’’ Kata syukur yang berasal dari kata syakara berarti pujian atas kebaikan serta penuhnya sesuatu. Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan mengfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahnya, ia adalah menggunakan nikmat sebagaimana yang dikehendaki oleh penganugerahnya, sehingga penggunaannya mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. Tentu saja untuk maksud ini,yang bersyukur perlu mengenal siapa penganugerahnya (Allah swt) mengetahui nikmat yang dianugerahkan kepadanya, serta fungsi dan cara menggunakan nikmat itu sebagaimana yang dikehendaki-Nya, sehingga yang dianugerahkan nikmat itu benar-benar menggunakan sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Peangugerah. Hanya dengan demikian, anugerah dapat berfungsi sekaligus menunjuk kepada Allah, sehingga ini pada giliranya mengantar kepada pujian kepada-Nya yang lahir dari rasa kekaguman atas diri-Nya dan kesyukuran atas anugerah-Nya. Firmannya : (  ) an usykur lillah adalah hikmah itu sendiri yang  dianugerahkan kepadanya itu. Dari kata ‘’ Bersyukurlah kepada Allah.’’ Sedangkan menurut Al-Biqa’I yang menulis bahwa ‘’Walaupun dari segi redaksional ada kalimat Kami katakana kepadannya, tetapi makna akhirnya adalah Kami anugerahkan kepadanya syukur.’’ Sayyid Qutub menulis bahwa ‘’ Hikmah, kandungan dan konsekuensinya adalah syukur kepada Allah.’’ Bahwa hikmah adalah syukur, karena dengan bersyukur seperti diatas, seseorang mengenal Allah dan mengenal anugerah-Nya. Dengan mengenal Allah seseorang akan kagum dan patuh kepada-Nya, dan dengan mengenal dan mengetahui fungsi anugerah-Nya, seseorang akan memiliki pengetahuan yang benar lalu atas dorongan kesyukuran itu, ia akan melakukan amal yang sesuai dengan pengetahuannya, sehingga amal yang lahir adalah amal yang tepat pula[viii].                     ‘’ Dan tanah yang baik , tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah yang tidak subur, tanaman-tanaman yang tidak subur, tanaman-tanaman hanya tumbuh merana. Demikianlah kami mengulanngi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.’’ (Al-A’raf : 58)  ‘’(Dan demikianlah telah Kami uji) Kami telah coba (sebagian mereka dengan sebagian lainnya) yakni orang yang mulia dengan orang yang rendah, orang yang kaya dengan orang yang miskin, untuk Kami lombakan siapakah yang berhak paling dahulu keimanan, (supaya mereka berkata: ) orang-orang yang  mulia dan orang-orang kaya yaitu mereka yang ingkar (‘’Orang-orang semacam inikah) yakni orang miskin (diantara kita yang diberi anugerah oleh Allah kepada Mereka???’’) hidayah artinya jika apa yang sedang dilakukan oleh orang-orang miskin dan orang-orang rendahan itu dinamakan hidayah, niscaya orang-orang mulia dan orang-orang kaya itu tidak akan mampu mendahuluinya.(’’Tidaklah Allah lebih mengetahui orang-orang yang bersyukur (Kepada)Nya.’’) Kepada-Nya, lalu Dia memberikan hidayah kepada mereka. Memang betul. (Al-An’am : 53). Ayat ini termasuk ayat Makiyah. Berdasarkan asbabun nuzul ayat ini diturunkan berkenaan enam orang periwayat tentang Abdullah Ibnu Mas’ud dan empat orang lainnya. Mereka (kaum musyrikin) berkata kepada kepada Rasulullah saw : ‘’Usirlah mereka (yakni para pengikut Nabi) sebab kami merasa malu menjadi pengikutmu seperti mereka.’’ Akhirnya hamper saja Nabi saw terpengaruh oleh permintaan mereka,akan tetapi sebelum terjadi Allah swt menurunkan Firman-Nya : ‘’Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya s/d Firman-Nya : ‘’ Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang orang-orang yang bersyukur (kepada-Nya)[ix].   ‘’ Dan (ingatlah juga), tatkala tuhan mu mema’lumkan : ‘’ Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepada mu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-ku) maka sesungguhnya azabku sangat pedih.’’ (Ibrahim : 7). D.              BAGAIMANA CARA KITA BERSYUKUR.1. Syukur dengan Hati.Syukur dengan hati dilakukan dengan menyadari sepenuh-penuhnya nikmat yang diperoleh adalah semata-mata karena anugerah dan nikmat dari Allah. Syukur dengan hati mengantarkan manusia untuk menerima anugerah dengan penuh kerelaan tanpa harus berkeberatan betapapun kecilnya nikmat tersebut. Syukur ini juga mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Allah sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya. 2. Syukur dengan Lisan. Syukur dengan lidah adalah mengakui dengan ucapan bahwa sumber nikmat adalah Allah sambil memuji-Ny. Di dalam al-qur’an pujian kepada Allah disampaikan dengan redaksi ‘’al-hamdulillah’’. Hamd (pujian) disampaikan secara lisan kepada yang dipuji, walaupun ia tidak memberi apa pun baik kepada si pemuji  ataupun kepada yang lain. Kata ‘’al’’ pada ‘’alhamdulillah’’ disebut al lil istigraq, yakni mengandung arti ‘’keseluruhan’’, sehingga kata ‘’al-hamdu’’ yang ditujukan kepada Allah mengandung arti bahwa yang paling berhak menerima segala pujian adalah Allah, bahkan seluruh pujian harus tertuju dan bermuara kepada-Nya. Jika kita mengembalikan segala puji kepada Allah. Jadi, syukur dengan lisan adalah ‘’alhamdulillah’’ yaitu segala puji bagi Allah[x].3. Syukur dengan Perbuatan. Nabi Daud as dan putranya Nabi Sulaiman as memperoleh aneka nikmat yang tiada taranya, kepada mereka Allah berpesan sbb :  ‘’Mereka bekerja untuknya apa yang dikehendakinya seperti gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung serta piring-piring yang seperti kolam-kolam dan periuk-periuk yang tetap. Bekerjalah hai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah ). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba ku yang berterima kasih.’’ (Saba: 13). Ayat ini termasuk dalam ayat makiyah. Ayat sebelumnya menjelaskan kedudukan sebagian jin kepada Nabi Sulaiman As, kini dijelaskan sebagian dari tugas-tugas mereka. Ayat diatas menyatakan bahwa : Mereka senantiasa bekerja untuknya yakni untuk Sulaiman serta membuat atas perintahnya apa yang dikehendakinya seperti membangun gedung-gedung yang tinggi sebagai benteng-benteng atau tempat peribadatan dan patung-patung sebagai hiasan bukan untuk disembah serta piring-piringan yang besarnya seperti kolam-kolam air dn periuk-periuk yang tetap berada daiatas tungku, tidak dapat digerakkan karena besar dan beratnya. Itulah sebagian angugerah Kami, dan Kami berfirman : ‘’Nikmatilah anugerah itu dan beramallah atau bekerjalah hai keluarga Daud untuk mendekatkan diri kepada Allah dan sebagai tanda dari kesyukuran kepada-Nya.’’ Demikianlah Kami perintahkan kepada mereka dan dalam kenyataan sedikit sekali dari hamba-hamba-ku yang sempurna dan kesyukuran-nya. Ayat diatas ketika memerintahkan kepada keluarga dan pengikut Nabi Daud as. Untuk bersyukur tidak menggunakan kata ya/hai,walaupun dalam terjemahan tertulis guna meluruskan maknanya. Ketiadaan kata ya/hai itu, mengisyaratkan kedekatan Allah kepada mereka. Ini karena penggunaan kata ya/hai mengesankan kejauhan. Itu pula sebabnya doa hamba-hamba Allah yang terekam dalam al-qur’an kesemuanya tidak didahului kata ya/hai.  Kata ( )‘’syakur’’ adalah bentuk hiperbol dari kata ( ) syakir yakni orang yang banyak dan mantap syukurnya. Firmannya : (   ) qalilum min ibadiya asy-syakur / sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang sempurna kesyukurannya dapat dipahami dalam arti penjelasan tetang sedikit hamba-hamba Allah yang bersyukur dengan mantap. Dua orang diantara mereka yang sedikit itu, adalah Nabi Daud dan Sulaiman as dan dapat juga dipahami dalam arti bahwa karena hamba-hamba Allah yang mantap kesyukurannya, tidak banyak, maka hendaklah kamu berdua (wahai Daud dan Sulaiman) memperbanyak kesyukuran. Yang dimaksud bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahanya. Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkanya nikmat tersebut oleh Allah[xi].         3. PENUTUP A. KESIMPULAN.     Dari pembahasan syukur dalam perspektif al-qur’an dapat kita simpulkan syukur adalah mengfungsikan seluruh nikmat yang diberikan Allah Swt sesuai dengan kehendak Allah Swt yaitu menyesuaikan fungsi nikmat tersebut. Adapun alasan mengapa manusia harus bersyukur kepada Allah Swt karena Allah telah memberikan segala nikmatnya untuk manusia dari proses penciptaannya, pendengaran, penglihatan serta disokongnya berlangsungnya kehidupan manusia dengan manfaat-manfaat makanan dan minuman serta rezeki yang besar bagi umatnya lantas mengapa manusia tidak harus bersyukur. jadi maksud syukur dalam al-qur’an adalah menampakan nikmat yang di berikan Allah Swt dengan jalan Syukur manusia kepada Allah dimulai dengan menyadari dari lubuk hatinya yang terdalam betapa besar nikmat dan anugerah-Nya, disertai dengan ketundukan dan kekaguman yang melahirkan rasa cinta kepada-Nya, dan dorongan untuk memuji-Nya dengan mengfungsikan anugerah yang diterima sesuai dengan tujuan penganugerahnya, ia adalah menggunakan nikmat sebagaimana yang dikehendaki oleh penganugerahnya, sehingga penggunaannya mengarah sekaligus menunjuk penganugerah. Balasan yang diberikan Allah Swt untuk orang yang bersyukur yaitu manfaat kesyukuran itu untuk dirinya sendiri, dan apabila orang tersebut ingin balasan berupa pahala didunia maka Allah akan memberikannya serta sebaliknya jika ia ingin pahala di akhirat maka Allah akan memberikannya serta Allah akan menambahkan nikmat bagi orang yang bersyukur lain hal jika orang tersebut kufur maka Allah akan menyiksa dengan sangat pedih. Sesungguhnya Allah lebih mengetahui orang-orang yang bersyukur. Dan bagaimana cara kita untuk bersyukur yaitu ada tiga bagian syukur dengan hati, syukur dengan lisan serta syukur dengan perbuatan. Syukur dengan hati mengharuskan yang bersyukur menyadari betapa besar kemurahan, dan kasih sayang Allah sehingga terlontar dari lidahnya pujian kepada-Nya. syukur dengan lisan adalah ‘’alhamdulillah’’ yaitu segala puji bagi Allah. Syukur dengan perbuatan yaitu dengan bekerja adalah menggunakan nikmat yang diperoleh itu sesuai dengan tujuan penciptaan atau penganugerahanya. Ini berarti, setiap nikmat yang diperoleh menuntut penerimanya agar merenungkan tujuan dianugerahkanya nikmat tersebut o


[i] Ahmad Warson Munawir,Kamus Al Munawir Arab Indonesia Terlengkap,Surabaya : Pustaka Progressif,

                Hal : 734.

[ii] M.Quraish Shihab,1996,Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat,Bandung :

                Mizan, Hal : 215.

[iii] Ar-Raghib Al-Isfahani, Al-Mufradat Fi Gharib Al-Qur’an oleh M.Quraish Shihab dalam Wawasan Al-

Qur’an Tafsir Maudhui  Atas Pelbagai Persoalan Umat,Bandung :Mizan, Hal : 215,1996.

[iv] Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuthi,1996,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul

Ayat, Surat Al-Fatihah s/d Surat Al-An’am,Bandung : Sinar Baru Algensindo, Hal : 400.                 

[v] M.Quraish Shihab,2002,Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta : Lentera

Hati, Surat As-Sajadah : 9, Hal : 173.

[vi] M.Quraish Shihab,2002,Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta : Lentera

Hati, Surat Yassin : 71-73, Hal : 573.

[vii] Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuthi,1996,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul

Ayat, Surat Al-Fatihah s/d Surat Al-An’am,Bandung : Sinar Baru Algensindo, Hal : 399.

[viii] M.Quraish Shihab,2002,Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta : Lentera

Hati, Surat Lukman : 12, Hal : 120.

 

[ix] Imam Jalaluddin Al-Mahalli & Imam Jalaluddin As-Suyuthi,1996,Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzuul

Ayat, Surat Al-Fatihah s/d Surat Al-An’am,Bandung : Sinar Baru Algensindo, Hal : 555.

[x] M.Quraish Shihab,1996,Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudhui Atas Pelbagai Persoalan Umat,Bandung :

                Mizan, Hal : 216-236.

[xi] M.Quraish Shihab,2002,Tafsir Al-Misbah : Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur’an, Jakarta : Lentera

Hati, Surat Saba : 13, Hal : 353.

Permalink Tinggalkan sebuah Komentar